Video Games Rusak Nilai Akademis Anak


PENELITIAN baru pada anak laki-laki menunjukkan bahwa bermain video games dapat menghambat kemajuan akademis mereka. Parahnya, kini semakin banyak anak mudah mengakses video games.

Penelitian yang diterbitkan di Psychological Science pada Maret 2010 ini fokus pada populasi usia muda, yakni anak laki-laki antara usia 6-9 tahun. Hasilnya, mereka yang diberi paparan video games secara signifikan nilai membaca dan menulisnya buruk di akhir masa evaluasi empat bulan (caturwulan) dibanding anak laki-laki yang tak diberi video games. Namun, nilai matematika tidak terpengaruh.

Para peneliti tidak mengklaim bahwa bermain video games pasti menyebabkan prestasi akademis menurun. Alasan sebenarnya, ada kemungkinan anak laki-laki yang bermain PlayStations ataupun video games lebih senang menghabiskan waktu untuk bermain daripada belajar membaca dan menulis. Bahkan akhirnya mereka terobsesi untuk menaikkan skor permainannya.

Sayang, sebagian besar anak mempunyai akses mudah untuk bermain video games. Faktanya, sekira 71 persen anak usia 2-11 tahun telah memiliki akses ke video games. Demikian seperti okezone lansir dari Health 24, Selasa (25/5/2010).

Salah satu temuan yang menentang penelitian tersebut diungkap oleh Steven Johnson dalam bukunya Everything Bad is Good for You pada 2006. Ia mengatakan, video games dapat menjadi anugerah bagi pikiran anak muda, yang membuat mereka lebih kreatif dan imajinatif. Pasalnya, beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa permainan (games) dapat bermanfaat sebagai alat pembelajaran dalam bidang seperti matematika, dan bahkan meningkatkan pemikiran ilmiah dan keterampilan motorik halus.

Sebenarnya, penelitian yang coba menunjukkan korelasi antara video games dan minimnya hasil akademik bukanlah hal baru. Sebuah kajian oleh Michigan State University pada 2009 telah menunjukkan bahwa anak usia 12 tahun yang gemar bermain video games, rata-rata nilai akademisnya berada di titik rendah. Bermain video games memiliki efek berlawanan pada kemampuan spasial anak usia 12 tahun yang justru meningkat